Tuesday, 22 December 2020


Suatu hari pada masa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radiyallahuanhu bahwa ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasul, “Wahai Rasulullah,” penuh takzim ia bertanya, “Siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?”

Dengan lembut Rasul menjawab, “Ibumu,”. Kemudian pemuda itu bertanya siapa lagi hingga tiga kali Rasul menjawab dengan kata yang sama sampai yang ke empat, “Ayahmu.” Tutup hadis tersebut.

Sungguh mulia seorang ibu di mata Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, manusia mulia yang terjaga dari dosa. Sudah sepantasnya sikap beliau menjadi suri tauladan kehidupan bagi kita yang tak lepas dari intaian maksiat. Sosok ibu adalah orang yang paling berhak mendapatkan perlakuan baik, hingga tiga kali lipat dari biasanya. Hal ini tentu bukan karena  tanpa sebab. Semua manusia di muka bumi ini selain nabi Adam adalah sosok-sosok yang lahir dari rahim ibu. Kita semua dijaga dalam rahim tersebut berbulan-bulan dari bangun tidur, ke kamar mandi, ke pasar, saat memasak, saat mencuci pakaian ayah, dan seterusnya hingga tidur kembali. Mengesankan sekali.

Setelah mengandung 9 bulan lamanya, seorang ibu masih harus berjuang dalam proses kelahiran. Peristiwa yang tentu tidak akan pernah ia lupakan. Rasa sakit saat melahirkan umpama 20 tulang patah secara bersamaan. Pada saat itu, nyawa menjadi pertaruhan keduanya; sang ibu dan calon bayi. Bahkan, sekalipun sang bayi telah berhasil dilahirkan, rasa sakit sang ibu masih terus berlanjut. Ibu masih perlu mengeluarkan plasenta yang ada di dalam rahim. Tahapan-tahapan sakit ini tentu tidak mudah untuk dilalui tetapi juga sebuah perjuangan dan nilai pahala tersendiri bagi seorang ibu.

Tidak berhenti sampai disitu, tentu perjuangan seorang ibu masih terus berlanjut. Ia masih harus menyusui paling tidak selama satu hingga dua tahun ke depan. Ibu harus menyesuaikan kehidupannya sebelum memiliki bayi dengan riuhnya saat telah memiliki bayi. Bahkan, dari pengalaman saya sosok ibu tidak berperan sampai disitu saja. Saat balita, saat mulai memasuki usia kanak-kanak, menempuh pendidikan, melanjutkan ke jenjang strata, bekerja, menikah, hingga keadaan berbalik 360 derajat, sejatinya peran ibu tidak pernah berjeda.

Maka, sangat wajar bila orang yang paling berjasa dalam kehidupan manusia itu tidak lain adalah ibunya. Selamat hari ibu untuk semua ibu di dunia ini dan secara khusus untuk Umak. Semoga Allah senantiasa menjagamu, Mak. Aamiin.

#WAGFLPSumselMenulis #lampauibatasmu

2 komentar

Berikan komentar terbaikmu :)

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates