Thursday 25 February 2016

Foto: Googling
"Sebab, pohon kebesaran suatu ummat hanya dapat tumbuh" getir Ust. Anis Matta, "Di taman sejarah yang disirami air mata kesedihan dan darah pengorbanan"
Ba'da niat yang mantap, menyusullah usaha-usaha keren dalam berhijrah. Keren karena ia berlari menuju kebaikan, tamengnya keras menepis panah baja, dan meliak-liuk tatkala bebatuan dilempar padanya.
Pada hari itu semua masyarakat kafir quraisy berkumpul, bermusyawarah, dan bertekad suatu keburukan: membunuh Rasul. Berbagai siasat dan strategi dibuat, hingga 1 strategi di sepakati dari manusia terjahat, membenci dakwah Rasul, dan keras menentangnya: Abu Jahal.
Disudut musyawarah itu ada seorang tua yang ikut mengamini dan mengatakan, "itu usulan bagus, daripada sebelumnya".
Pada saat genting itu pula, Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam mendapatkan perintah berhijrah. Bisakah kita membayangkan, betapa besar tantangan Rasul untuk berhijrah? Beliau berhadapan dengan 2 makhluk terjahat sekaligus, pertama setannya manusia: Abu Jahal. Kedua, rajanya setan: Iblis, yang menyamar menjadi orang tua dan ikut dalam musyawarah itu.
"Apa yang bisa kita ambil dari kisah ini" kata Ust. Budi, "Ternyata proses berhijrah pada yang lebih baik tidaklah mudah, bahkan bisa jadi iblis pun turun tangan untuk menggoda"
Aku ingin berkaca pada cermin dan berkata pertama, "Apakah aku sudah maksimal melawan godaan?" Melawan sekeras-kerasnya terhadap maksiat dan bertempur habis-habisan pada nafsu, "atau malah sebaliknya"
Dan kedua, "Apakah pula usahaku berdakwah pada orang sekelilingku tak lagi kenal henti?" Sebab boleh jadi ketidakshalatan mereka karena saudaranya ini "nyerah ngajaknya" shalat, lesu saat dikatakan: kamu itu cuma pintar merangkai kata, seperti Rasul: Muhammad itu hanya penyair yang pintar bersyair. "Atau sebaliknya, setan tersenyum melihat ketidakpedulianku terhadap saudara seiman yang haus bantuan serta wejangan"

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates