Gelombang Laut Indonesia untuk Energi Dunia
Pada tahun 2015 silam, The United States Geological Survey Water Science School melalui laman websitenya pernah merilis bahwa, sekitar 71 persen permukaan bumi tertutup air. Lebih lanjut dalam artikel tersebut ditulis, Pasokan air total dunia setara dengan 332,5 juta mil kubik. Lautan merupakan sekitar 97 persen dari seluruh air Bumi, yang berarti hanya 3 persen air yang tidak mengandung garam. Bumi yang kita jadikan tempat tinggal ini adalah hamparan laut yang membentang dari ujung ke ujung.
Dominansi laut akan daratan adalah pengetahuan yang tak terbantah. Sejumlah teori dan perumpamaan antara keduanya biasa dilayangkan. Salah satunya dilansir dari republika.co.id, perbandingannya dapat dijelaskan dengan jika semua daratan di permukaan Bumi tidak ada, sehingga tidak ada lagi lubang atau retakan di atas dan di bawah permukaan laut, maka seisi Bumi ini akan dipenuhi air yang kedalamannya mencapai 12 ribu kaki.
Indonesia tidak kalah menariknya. Perbandingan luas perairan dan daratan negara ini hampir 3 : 1 dengan jumlah pulau 13.466, terbanyak di dunia. Maka wajar jika negara ini dijuluki sebagai negara kepulauan. Bahkan konon katanya, nenek moyang kita adalah pelaut. Aktivitas mereka sebagai nelayan, berpindah dari pulau yang satu ke pulau yang lain, berlayar dengan bantuan arah angin, hingga membangun rumah-rumah kecil pada setiap pendaratan.
Ternyata, tidak hanya fakta geografis yang mengakuisisi negara ini sebagai negara maritim. Sejurus dengan itu, fakta sejarah juga cerita-cerita lama semakin memperkokoh jati diri negara yang hidup dengan hasil laut.
Namun 2 tahun ke belakang sepertinya sampah di laut tetap menjadi masalah. Berdasarkan data The World Bank tahun 2018, sebanyak 87 kota di pesisir Indonesia memberikan kontribusi sampah ke laut diperkirakan sekitar 1, 27 juta ton. Dengan komposisi sampah plastik mencapai 9 juta ton dan diperkirakan sekitar 3,2 juta ton adalah sedotan plastik.
Fakta ini tentu mempunyai dampak. Diantaranya banyak ditemukan kasus Herwan-hewan laut yang mati dikarenakan banyak menelan sampah plastik, beragam makhluk hidup di laut terancam, dan lambat laun akan mempengaruhi hasil laut itu sendiri. Bahkan mantan menteri KKP, Ibu Susi Pudjiastuti, pernah memperkirakan jika tahun 2040 nanti laut Indonesia akan lebih banyak sampah ketimbang ikan.
Sudah selayaknya laut Indonesia menjadi bagian terpenting dalam membangun perekonomian bangsa. Negara dengan ribuan pulau dan jutaan kilometer persegi laut yang membentang harus kokoh kemaritimannya. Tidak ada lagi ikan, penyu,dan hewan laut lainnya yang harus mati karena sampah. Perhatian pemerintah dan rakyat semestinya dapat lebih serius lagi. Sebagai bagian dari kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keistimewaan letak geografis negara ini.
Selamat Hari Kelautan Nasional 02 Juli 2020.
Gelombang Laut Indonesia untuk Energi Dunia
#WAGFLPSumselMenulis
#lampauibatasmu
Berikan komentar terbaikmu :)