Wednesday, 13 February 2019


Pernahkah kita membayangkan andai saja manusia di muka bumi ini hanya ada seseorang, nabi adam sendiri? Atau hidupmu yang dulu dikelilingi oleh banyak orang, ramai sekali lalu berangsur surut, sepi tak bersisa? Betapa membosankan sekali kondisi seperti itu, tidak ada teman, tak ada kawan bertukar pikiran. Manusia tak mau itu terjadi dalam kurun waktu yang lama dalam hidupnya, dipikirkanlah cara agar kondisi tersebut dapat di cegah walau mungkin juga tak abadi. Hingga mereka menemukan solusi, bahwa berkumpul satu sama lain dengan beragam satuan namanya; suku, bangsa, negara, komunitas, atau keyakinan adalah cara yang efektif menepis kebosanan, mengisi hidup yang lebih bergairah, dan konsep jitu dalam mencapai tujuan bersama.

Berkumpul dan saling menyampaikan apa yang sedang dipikirkan adalah terapi tersendiri dalam me-refresh akal sehat kita. Manusia benar-benar dibuat merdeka dengan kebebasan mereka dalam berfikir dan menyampaikan pendapat. Organisasi adalah wadah yang sangat efektif dalam menampung, mengelola dan mengkaryakan pikiran tersebut. Dalam organisasi kita berhak menuangkan ide atau gagasan dalam sebuah forum apapun itu, rapat harian atau rapat acara peringatan, dan lain semisalnya. Sangat dinamis sekali bukan hidup dalam sebuah organisasi, belum lagi dinamika dari bermacam pikiran dan cara berfikir yang unik, ekstrem, atau bahkan ada yang nyeleneh,  dari situ manusia belajar menyelami pikiran dan memahami pemiliknya masing-masing. Hingga waktu berlarut tidak sia-sia, dihasilkanlah konsep, gagasan, atau karya yang benar-benar terealisasi dan bermanfaat untuk banyak orang.

Bagi penulis sendiri berkarya adalah usaha memuaskan batin. Suatu hal yang tak ternilai dalam satuan apapun yang letaknya ada pada hati. Apapun karya itu dari hal terkecil, bahkan saat kita bangun dari tidur sekalipun ada hal yang bisa membuat batinmu puas. Merapikan tempat tidur semisalnya. Atau bagi seorang muslim yang taat, saat ia berhasil bangkit dari nyamannya berbaring, kemudian mengambil wudhu dan dengan sigap menuju ke masjid, setelah itu betapa tenang hatinya. Bukankah ada batin yang dipuaskan?

Berorganisasi hakikatnya sama seperti itu. Manusia berlomba untuk berkarya satu sama lain agar tak kalah hebatnya untuk memuaskan batin. Substansi dari sebuah karya adalah seberapa puas batin ini terhadap karya yang telah dihasilkan. Semakin tinggi standar kepuasan insan tentu semakin hebat karya yang ia hasilkan. Maka jangan pernah bersikap aneh saat karya kita banyak menuai kritik, tidak diterima atau bahkan ditolak mentah-mentah. Sebab batinmu jauh lebih substansial untuk ditenangkan, ditinggikan standar kepuasannya, dan diajak berfikir bijak, ketimbang menggerutu pada kenyataan yang itu tidak akan pernah ada habisnya.

Berkarya sebaik mungkin, semaksimal mungkin, kemudian lupakan dan jangan larut bersama komentar buruk atau harapan yang belum terjangkau, sebab hal tersebut hanya akan meninggalkan kita semakin jauh dari makna berkumpul, berorganisasi, dan saling membuat cerita bahagia dan asyik antar individu didalam organisasi tersebut. Cerita-cerita indah, kakraban satu sama lain dalam mengisi hidup ini jauh lebih berguna untuk kemajuan organisasi dibanding yang lain. Jika rumit sekali jalan pikiran untuk menerima hal itu, pahami saja bahwa organisatoris yang ulung tidak pernah berfokus pada imbalan apalagi pujian-pujian klasik. InsyaAllah batinmu akan lebih puas dan tenang dalam berorganisasi.


Berikan komentar terbaikmu :)

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates