Wednesday, 9 May 2018



Generasi terbaik akan belajar dari sejarah, kejadian-kejadian masa lampau, atau biografi para manusia hebat. Aksi Damai 212 tahun lalu adalah sejarah yang perlu dibingkai dengan indah, dibungkus sangat rapi, supaya destinasinya ke masa depan tetap terjaga dan terkenang. Film "212 The Power of Love" adalah jawaban atas kekhawatiran kita akankah peristiwa ini dapat terus diingat dari generasi ke generasi; bahwa semangat persatuan, kecintaan, dan perjuangan pernah ditunjukkan umat ini dalam aksi nyata yang begitu tentram, tertib, dan damai. Bukan oleh satu, seratus, atau seribu orang, lebih dari itu jutaan orang memberikan tauladan atas nama Umat Islam. Ditengah maraknya musuh Islam mengkampanyekan Islam sebagai agama yang radikal, intoleran, dan istilah buruk lainnya; Film yang diangkat dari kisah nyata ini menjadi angin segar ditengah padang pasir fitnah tersebut.


Alur cerita yang disajikan dalam film "212 The Power of Love" sangat mungkin terjadi pada kehidupan masyarakat Indonesia saat ini. Beragam dialog yang ada didalam film ini memberikan gambaran kepada penonton tentang keadaan masyarakat kita yang beragam ideologi dan keyakinan. Rahmat (Fauzi Baadila) yang menjadi pemeran utama dalam film ini sukses membawakan perannya sebagai jurnalis yang memiliki ideologi dan cara pandang sendiri terhadap agamanya: Islam. Baginya agama Islam sudah dijadikan alat bagi elit politik untuk mendapatkan kekusaan di negeri ini. Beruntungnya rahmat memiliki sahabat seperti Adhin (Adhin Abdul Hakim), teman sekantor sekaligus orang yang akan selalu membuat anda tersenyum girang dari setiap candaannya. Meski penampilan Adhin terlihat brutal dengan rambut gondrong dan jenggot panjangnya tetapi ia memiliki pandangan yang positif terhadap agama yang ia anut. Dialognya yang ada dalam trailer cukup menggambarkan perwatakannya dalam film ini, “Islam itu peace and love, rahmatanlil'alamin, yang radikal itu otak lo ama gua, tapi gua beda, gua radikalis-romantis”.

Canda-canda yang begitu hangat seperti dialog diatas akan kita jumpai dalam film ini. Nampaknya bung Jastis Arimba (Sutradara) berhasil mengemas film ini dengan baik. Meskipun mengangkat kisah nyata perjuangan umat dalam membela agama, tidak lantas membuat film ini menjadi kaku dan konservatif. Hadirnya tokoh bapak sekaligus Kyai terkenal yakni Kyai Zainal (Humaidi Abas) membuat film ini semakin berkarakter. Kyai Zainal yang berperan sebagai bapak dari Rahmat dikenal sebagai tokoh agama berbanding terbalik dengan anaknya yang dikenal sebagai jurnalis yang sering menyudutkan agama Islam. Konflik antara bapak dan anak laki-laki sangat jarang saya temui dalam dunia perfilman apalagi dilatarbelakangi dengan agama. Bagaimana pandangan agama terhadap hubungan anak laki-laki dengan ayahnya itu sangat penting untuk diketahui masyarakat Indonesia. Film "212 The Power of Love" menyajikan jawaban atas hal itu. Rahmat meski berbeda pandangan terhadap bapaknya tetap menunjukkan rasa empatinya sebagai anak. Begitupun kyai Zainal, rupanya tidak seperti yang saya kira, beliau sangat bijak dalam mendidik anak.  

Kisah yang luar biasa tentu akan menjadi biasa jika tak dikemas dengan menarik. Film ini selain ceritanya yang luar biasa kemasannya menarik sekali. Tokoh-tokoh yang berperan memberikan akting terbaiknya, sepertihalnya Rahmat pemeran utama dalam film ini. Karakter yang diperankannya benar-benar terlihat sempurna. Perkataan, sikap, mimik muka sangat mewakili perwatakannya yang ideologis dan cuek. Saking cueknya ia dalam film tersebut sehingga ada satu momentum yang membuat ia tertawa, bagi saya itu sangat menggelikan dan menarik sekali, bahkan para penonton sekitar saya tak berhenti tertawa girang atas adegan tersebut. Perjalanan panjang dari ciamis ke Jakarta yang diangkat dari kisah nyata benar-benar terasa keharuannya karena latar tempat dan waktu yang di atur sedemikian rupa. Begitupun dengan pemilihan OST Doa di Busur Hujan karya Pagi Hati semakin melengkapi suasana perjuangan dan kekuatan cinta.dalam film ini.

Selain dibintangi oleh beberapa nama yang telah saya sebutkan diatas, film ini juga diperankan oleh aktor ternama lainnya, seperti Hamas Syahid, Echi Yiexcel, Asma Nadia, Roni Dozer, Hilya Qanita, Fajar Lubis, dan beberapa artis yang tak asing lagi di layar kaca Indonesia. Tak ada batasan umur untuk film ini, semua orang bisa menonton dan mengambil hikmah terbaik dari sudut pandang manapun. 

Kita memiliki tugas masing-masing dalam memberikan yang terbaik untuk agama. Film "212 The Power of Love" adalah persembahan kita semua untuk agama yang penuh cinta dan kedamaian ini. Para aktor dan kru yang terlibat dalam pembuatan film ini telah sukses menyelesaikan tugas mereka, sekarang giliran kita untuk mengkampanyekan dan meramaikan film yang penuh hikmah tersebut. Seperti pesan Fauzi Baadila pemeran utama film ini, “Tugas kami sudah selesai, sekarang tugas kalian untuk meramaikan”. Selamat menonoton dan mengambil pelajaran tak ternilai.

Dok. Saat Nonton Film 212 The Power of Love yang penting backgroundnya 
Dok. Foto tiket 212 The Power of Love 


Berikan komentar terbaikmu :)

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates