Thursday, 17 May 2018

Sumber: Google
"Aku tidak bisa membaca". Jawab lelaki berusia 40 tahun itu. Lalu Malaikat Jibril memegangi dan merangkulnya hingga beliau merasa sesak. Kemudian Dia (malaikat) melepaskannya Seraya berkata lagi "Bacalah". Lalu laki-laki yang mulia itu menjawab dengan jawaban yang sama seperti sebelumnya, " Aku tidak bisa membaca" getir ia menegaskan. Hal ini terus terjadi hingga 3 kali dan akhirnya Sang Penyampai Wahyu berkata,  "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu paling mulia. Yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (manusia tersebut).” (QS. Al-‘Alaq [96]: 1-5) 

Inilah percakapan paling romantis. Ketidakberdayaan bersama keyakinan disatukan dengan cinta yang hakiki. Peristiwa pelantikan Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam menjadi Rasul umat ini. Melalui perantara malaikat suci Jibril 'alaihi wa salam dan 5 ayat sebagai naskah resmi pelantikan menggetarkan bumi Arab; awal perjuangan. 

Pada bulan Ramadhan dikala itu, perjuangan seorang Muhammad dimulai dengan tidak mudah. Keadaan masyarakat jahiliyah, sesembahan nenek moyang sangat mengakar, dan garis keturunan nabi dari bani israil tak berlanjut semakin menegaskan bahwa perjuangan di tanah mekkah akan sangat berat. 

Tak kita jumpai kisah paling menyesakkan hati ini selain 13 tahun beliau berada di kota mekkah. Dituduh sebagai penyihir, hanya penyair, bahkan sudah gila. Dilempari kotoran, pukulan, serta bebatuan sampai pernah pelipis beliau berdarah membasahi wajah. Namun tak kita temukan juga dibalik kepiluan itu sebuah penyesalan, keputusasaan, atau sekadar celoteh dendam. Bahkan disela-sela perih menahan sakit beliau mendoakan, "Aku berharap anak keturunan mereka kelak menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya" 

Awal Ramadhan 1439 H mudah-mudahan mengawali perjuangan kita untuk beribadah. Tidak peduli seberapa buruk kita tahun lalu, bulan sebelumnya, atau kemarin sore. Perjuangan Muhammad bin Abdullah diawal risalah adalah teladan untuk kita semua agar tak melulu menengok masa lalu, kebiasaan sehari-hari, atau bertumpu dengan pepatah sudah terlanjur basah. Masa depan cerah lebih pantas untuk diperjuangkan. Beribadah dibulan suci Ramadhan tentulah layak dicanang dan realisasikan. Yuk berjuang.

Berikan komentar terbaikmu :)

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates