Asa Kita Kebahagiaan Mereka
Kita semua akan tiada. Suatu hari nanti, pertarungan antara pahala versus dosa menjadi penentu segala nestapa.
Hampir setahun silam perjalanan kemanusiaan itu berlalu namun ingatan ini tak akan pernah melupakannya. Tentang perjalanan 3 hari 2 malam, ditinggalkan bus tiada kompromi, sejuk sambutan saudara pertama di bumi serambi mekkah, ramah bersambung tegasnya orang-orang Aceh, sampai ketegaran menembus daerah titik bencana akan berseliweran mesra dalam memori ini.
Hampir setahun silam perjalanan kemanusiaan itu berlalu namun ingatan ini tak akan pernah melupakannya. Tentang perjalanan 3 hari 2 malam, ditinggalkan bus tiada kompromi, sejuk sambutan saudara pertama di bumi serambi mekkah, ramah bersambung tegasnya orang-orang Aceh, sampai ketegaran menembus daerah titik bencana akan berseliweran mesra dalam memori ini.
Merajut Iba di Bumi Syariah
Pada tanggal 7 Desember 2016, sebuah gempa bumi berkekuatan 6,5 skala Richter mengguncang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Indonesia. Kita tahu nantinya gempa tersebut mengakibatkan ratusan jiwa meninggal dunia, ribuan rumah rusak berat, dan dikabarkan lebih dari 100 kali gempa susulan setelahnya. Sungguh, setiap kita akan berdecak khawatir, pastilah hati mereka dihantui rasa trauma yang menjadi-jadi, apalagi Aceh punya histori Tsunami.
Selang berapa menit berita tersebut mengudara, berbagai bantuan meluncur bebas. Baik mereka yang berada di tempat kejadian perkara sampai kami yang jauh dari sana. Saya yakin dan memang inilah kesimpulannya, Indonesia tak hanya kaya dengan sumber daya alam, lebih-lebih hati manusia di dalamnya miliki rasa iba dan kasih. Diri ini tak mau melewatkan kesempatan beramal, melalui lembaga kemanusiaan KSR PMI Unsri, Kami bergerak melakukan penggalangan dana dan membuka rekening donasi
Setelah 2 minggu berlalu, bekerjasama dengan Forum Sosial Masyarakat BEM KM Unsri akhirnya terkumpul bantuan yang cukup untuk disalurkan. Pada awalnya bantuan ini akan kami salurkan melalui lembaga kemanusiaan yang ada di Aceh, tapi Allah berkehendak lain. Sinergi Sriwijaya, sebuah lembaga yang hampir sama dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) lainnya seperti Dompet Dhuafa. Lembaga tersebut meminta kami untuk menyalurkan langsung bantuan tersebut ke Pidie Jaya, Aceh. Permintaan ini tentu tidak saya lewatkan, akhirnya kami pun menyanggupi untuk menyalurkan bantuan langsung dengan dukungan dari 3 lembaga sekaligus.
Segala hal telah dipersiapkan mulai dari akomodasi keberangkatan, logistik selama perjalanan sampai oleh-oleh Pempek untuk orang Aceh tidak kami lupakan. Perjalanan memberikan bantuan langsung ini kami beri nama Destinasi of Humanity (namanya memang cukup aneh, semoga kita bisa saling mengerti). Keberangkatan kami menggunakan bus Palembang-Aceh. Saya sudah membayangkan perjalanan 3 hari 2 malam ini akan membuat badan saya pegal-pegal sedikit, tapi saya sungguh menikmatinya bersama 4 rekan saya yang lain. Meski sebelumnya 1 rekan saya tertinggal dari bis utama, namun akhirnya Allah pertemukan kami lagi saat transit di Kota Medan. Ini ujian pertama kami dalam keberangkatan, sebagai peringatan agar bisa lebih disiplin kedepannya.
Arrgh, akhirnya Saya bisa menginjakkan kaki di provinsi paling ujung Indonesia dalam tajuk kemanusiaan, “Tak akan pernah saya lupa, tak akan” gumam hati melihat Terminal Banda Aceh.
| Gambar 1. Tim Destinasi of Humanity saat transit di kota medan |
Arti Sebuah Markas
Mobil pick up memang sangat pas untuk menyambut pendatang seperti kami. Kota yang belasan tahun lalu dilanda Tsunami kini terbentang luas dihadapan kami berkat mobil tanpa atap ini. Bekas Tsunami tahun 2004 silam ternyata tak secepat itu untuk ditutupi. Bangunan-bangunan baru masih terlihat jelas, jembatan penghubung banyak dijumpai, dan sungai-sungai kecil menjadi pemandangan sepanjang perjalanan kami menuju Markas KSR PMI Universitas Syiah Kuala. Aceh seperti rambut yang baru tumbuh kembali sehabis dicukur gundul.
Sebelum berangkat saya sudah menghubungi bang Attahillah, anggota KSR PMI Unsyiah yang saya kenal 8 bulan lalu. Beliau sangat antusias sekali saat saya mengabarkan pergi ke Aceh untuk penyerahan bantuan langsung, “Siap komandan, kabari kalau sudah berangkat” seperti itu pesannya lewat whatsapp.
| Gambar 2. Foto bersama Anggota KSR PMI Unsyiah di Markasnya |
Selama di markas KSR PMI Unsyiah inilah saya dan 4 rekan saya dibantu oleh anggota KSR PMI Unsyiah merencanakan pengiriman bantuan, tahapan-tahapannya, dan dilokasi mana yang paling pas untuk pemberian bantuan secara langsung. Selain itu semua, saya pun banyak mengenal tentang orang Aceh di tempat ini. Pandangan bahwa orang Aceh itu keras, pemarah, dan kejam, apalagi dibumbui dengan isu Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dahulu, tidaklah sama dengan yang saya lihat saat itu. Mereka begitu ramah, kerasnya dalam hal kedisiplinan, dan bagi mereka tamu adalah segala-galanya. Candaannya hangat sekali, “Mumpung kamu disini jangan malu-malu ya, kami layani secara maksimal, kalau nanti kami ke Palembang gantian ya hehe” seingat saya seperti itu redaksinya.
Kami mengawali destinasi di Kota Banda Aceh ini dengan bersilaturahim terlebih dahulu ke PMI Kota dan PMI Provinsi Aceh. Selain menambah pengetahuan tentang perkembangan PMI di kota ini, silaturahim ini juga sebagai langkah awal untuk mendapatkan perkembangan daerah mana yang paling memungkinkan dan membutuhkan untuk didatangi. Maklum, kedatangan kami ke negeri ini setelah belasan hari pasca gempa sehingga ada beberapa tempat yang memang dalam kondisi sudah membaik. Tujuan kami sedari awal adalah rehabilitasi, pemulihan dan penyegaran, termasuklah didalamnya program trauma healing terhadap anak-anak. Bagi kalian yang memiliki kesempatan terjun langsung memberikan bantuan pada waktu bencana jangan dilewatkan, jadilah pahlawan di lokasi bencana. Sesungguhnya kesempatan seperti itu adalah keinginan banyak relawan termasuk saya. Resikonya memang besar namun pahalanya juga tentu akan sebanding dengan pengorbanan.
| Gambar 3. Penyerahan cendera mata kepada PMI Kota Banda Aceh |
| Gambar 4. Sharing santai bersama relawan PMI Provinsi Aceh |
Bermodalkan Rasa
Kami berlima bukanlah relawan yang mempunyai segudang pengalaman dalam hal rehabilitasi dan trauma healing. Selama tinggal di bumi Sriwijaya sangat jarang kami temui bencana alam, paling hanya bencana kabut asap yang sempat heboh tahun lalu. Saya dan keempat rekan saya yang lain hanya bermodalkan rasa kemanusiaan, rasa iba dan kepedulian terhadap sesama insan manusia. Bagi kami menjadi relawan dan terjun langsung menyalurkan bantuan merupakan pengalaman yang tidak boleh dilewatkan, paling tidak kami ikut merasakan kesedihan musibah ini meski tentu tak akan pernah sebanding dengan mereka para korban bencana.
Sejak siang hingga sore itu kami berada di Markas PMI Provinsi Aceh. Berbagi pengalaman bersama relawan disana, cerita tentang dahsyatnya tsunami 12 tahun silam, museum kenangan yang terawat dengan rapi, lengkap dengan foto-foto yang semakin membawa kami ke hari tragis tersebut. Tetiba dipenghujung hari kami telah menetapkan lokasi penyaluran bantuan langsung, yakni di gampong Jiem jiem yang berada di kecamatan Bandar Baru, kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan info yang kami dapat, gampong tersebut adalah salah satu gampong yang mengalami kerusakan yang cukup parah akibat gempa bumi Pidie Jaya sewaktu itu. Gampong adalah sebutan untuk sebuah desa atau kampung yang berada di Aceh.
| Gambar 5. Proses Packing Bantuan Logistik di Markas KSR PMI Unsyiah |
Amanah yang diberikan kepada tim Destinasi Humanity adalah penyaluran bantuan langsung. Bantuan ini tentu bukan hanya semata-mata dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk logistik yang dapat digunakan langsung oleh para korban bencana. Keberangkatan kami dari palembang menuju Aceh hanya membawa logistik berupa pakaian layak pakai hasil penggalangan bersama sewaktu itu sehingga untuk keperluan logistik yang lainnya kami persiapkan langsung di negri Serambi Mekkah. Hal tersebut dilakukan agar logistik yang diberikan sesuai dengan kebutuhan para korban bencana saat itu. Akhirnya sore hari sepulang dari markas PMI Provinsi Aceh kami langsung memutuskan untuk belanja logistik dan yang pastinya ditemani oleh anggota KSR PMI Unsyiah. Alhamdulillah hingga larut malam persiapan logistik kami rampungkan hingga ke tahap packing. Betapa lelahnya hari itu namun semangat dan senyuman relawan Aceh saat itu menyadarkan kami bahwa ini belum apa-apanya.
Berangkat!
| Gambar 6. Tim Destinasi siap pamit dan berangkat ke gampong Jiem jiem |
Puncak destinasi itupun dimulai. Menembus salah satu lokasi bencana gempa bumi. Segala hal telah dipersiapkan. Tidak ada kompromi untuk sebuah perjalanan kemanusiaan, semuanya harus siap dan matang. Terhitung ada 159 family kits, 60 paket peralatan sekolah, 20 Al-Qur’an, 20 sarung, 20 mukenah, 2 gulung sejadah, dan uang tunai untuk perbaikan masjid. Semua bantuan logistik tersebut terhimpun dalam mobil pick up yang akan membawa kami menuju gampong Jiem jiem yang konon katanya dapat ditempuh normal selama 6 jam dari kota Banda Aceh. Sebuah perjalanan yang tidak akan terlupakan.
Personil kami berjumlah enam orang dengan dua diantaranya adalah perempuan. Mereka sudah duduk pada kursi depan bersama Anjar (anggota KSR PMI Unsyiah) yang membawa mobil sekaligus pendamping kami selama di gampong Jiem jiem. Sisanya tentu kalian dapat menebak keberadaannya, kami bertiga para pria tangguh berada di bagian belakang mobil tak beratap yang akan menjaga semua logistik hingga ke titik tujuan. Mobil melaju, angin beradu, dan lambaian tangan semakin menegaskan keberangkatan kami, “Bismillahirrahmanirrahim” berujar bibir ini.
![]() |
| Gambar 7. Tim Destinasi Berhenti Sebentar Ditengah Perjalanan untuk Istirahat |
Mata kami terjaga oleh atraksi monyet-monyet di bahu jalan yang terkadang menggemaskan ditambah lagi hutan pinusnya seakan kami sedang berwisata alam. Aceh memang provinsi di Indonesia yang memiliki hutan luas nan alami. Diperkirakan luasnya mencapai 3.029.256 hektar (mongabay.co.id). Petang telah berganti malam. Tak terasa kami telah tiba di Markas PMI Kabupaten Pidie Jaya, terkadang memang sebuah perjalanan hanya dapat dinikmati oleh para penikmat alam dan kesunyian.
![]() |
| Gambar 8. Ngobrol santai bersama pengurus PMI Kabupaten Pidie Jaya |
Sudah menjadi sebuah tradisi orang Indonesia terhadap istilah ‘minta izin’ atau pamit kepada orang sekitar ketika ingin berkunjung. Tak pelak kami pun meminta izin dan pengarahan dari PMI kabupaten Pidie jaya sebelum masuk ke gampong Jiem jiem. Selama proses rehabilitasi pasca gempa bumi, Markas PMI kabupaten Pidie jaya menjadi salah satu pusat posko relawan. Beragam pengetahuan dan pengalaman para relawan kami dapatkan disini walau hanya sebentar. “Dik” tegur kepala markas PMI kabupaten Pidie Jaya di sela obrolan, “Memang bencana seakan menjadi momentum reunian para relawan” kesimpulan beliau sembari menunjukkan keadaan yang ada disekitar Markas saat itu.
![]() |
| Gambar 9. Markas PMI Kabupaten Pidi jaya |
Membuat Cerita di Gampong Jiem jiem
Pagi hari kami sudah berada di gampong Jiem jiem. Sebuah pemandangan yang tak akan jauh beda dari tempat bekas gempa bumi. Banyak rumah hancur, gedung sekolah rusak parah, dan posko-posko pengungsian berdiri tegap diantara puing-puing bangunan. Mengingat waktu yang terbatas, maka kami berenam langsung bergerak berbagi tugas agar dapat berjalan efisien. Pagi menjelang siang hari itu kami berencana memberikan hiburan kepada anak-anak gampong Jiem jiem yang sudah berada dalam tenda penampungan. Dua orang perempuan rekan kami mempersiapkan kebutuhan untuk hal tersebut dibantu dengan dua lagi rekan saya. Sedangkan saya ditemani dengan Anjar mencari kepala desa untuk menjalin komunikasi.
![]() |
| Gambar 10. Tim Destinasi bersama Lansia yang Berada di Gampong Jiem jiem |
Selama diperjalanan saya mengira akan sangat sulit sekali menjalin komunikasi. Keberadaan gampong Jiem jiem yang cukup jauh dari perkotaan membuat saya berfikir bahwa bahasa yang dimengerti hanyalah bahasa daerah. Perkiraan saya meleset. Sebagian mereka mengerti bahasa Indonesia, hanya beberapa orang tua saja yang tidak bisa berbahasa Indonesia. Beruntung kami memiliki Anjar sebagai pendamping, sehingga komunikasi yang terjalin dengan masyarakat gampong Jiem jiem tetap bisa hangat dan bersahabat. Kami melaksanakan trauma healing kepada 49 anak disana, menyalurkan bantuan langsung melalui kepala desa kepada warga, yasinan bersama masayarakat, sampai dengan nontong bareng.
| Gambar 11. Tim Destinasi Melaksanakan Trauma Healing kepada 49 Anak Gampong Jiem jiem |
| Gambar 12. Antusias Anak-anak Gampong Jiem jiem saat Trauma Healing |
| Gambar 13. Bermain Egrang bersama Anak-anak Korban Bencana Gempa Bumi Pidie Jaya |
| Gambar 14. Penyerahan Bantuan secara Simbolis kepada Kepala Desa Gampong Jiem jiem |
| Gambar 15. Yasinan Bersama Warga Gampong Jiem jiem |
| Gambar 16. Nonton Bareng Warga dan Anak-anak Gampong Jiem jiem |
Gampong Jiem jiem merupakan satu diantara banyak tempat lainnya yang merasakan dampak gempa bumi pidie jaya desember tahun lalu. “Hampir setiap hari kami merasakan gempa susulan kak” kata salah satu anak saat nonton bareng di malam hari itu. Setiap kali merasakan getaran mereka langsung keluar rumah dan mencari tempat aman. Trauma mereka terhadap gempa bumi masih menghantui sampai saat itu. Terlebih lagi anak-anak yang masih belia, kekhawatiran dan rasa trauma mereka masih nampak jelas dari raut wajah. Rasanya kami ingin lama disana, memeluk mereka dan mengatakan, “Semua akan baik-baik saja dik, kakak-kakak disini untuk kalian”
![]() |
| Gambar 17. Bermain bersama Anak-anak Gampong Jiem jiem sebelum Pamit Pulang |
***
Selain dampak yang merugikan banyak manusia, bencana juga mengingatkan kita tentang Tuhan. Tentang pencipta alam semesta ini dan tentang kekuasaannya yang meliputi langit serta bumi. Tidakkah kita menyadari bahwa bencana demi bencana adalah tanda kemurkaanNya? Abdul Muhaimin dalam buku Islam dan Urusan Kemanusiaan menuliskan, “Dalam sejarah kitab suci agama-agama, bencana selalu dikaitkan dengan kutukan atau kemarahan Tuhan atas penyimpangan-penyimpangan perilaku manusia”.
Allah Subhana wa Ta’ala telah memberikan kita pengetahuan akan kebenaran tersebut, “Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaaan melakukan kezaliman” (QS. Al-Qasas: 59). Menjadi relawan itu berarti berbuat amal sekaligus wujud kesadaran kita bahwa ada kemurkaan Allah pada setiap bencana. Berangkat dari pengetahuan dan kesadaran inilah kita bergerak untuk memperbaiki. Dunia yang semakin rumit ini membutuhkan hero zaman now. Pahlawan yang tak perlu di umbar jasa nya namun konkrit kontribusinya, itulah seorang relawan.




