Semester Ganjil: Semester Pertempuran (3)
![]() |
| Foto: Googling |
Saya pikir kita sependapat, bahwa menyandang gelar mahasiswa tidaklah mudah. Paling tidak 3 jalur: SNMPTN, SBMPTN, dan USM yang ada pada perguruan tinggi negri membuktikan adanya proses seleksi dan persaingan yang cukup ketat. Sampai keluarlah mereka, para maba-maba bahagia.
Para maba itu rata-rata berusia 17 s/d 18. Wow, usia remaja. Tentunya diusia itu mereka bukanlah orangtua yang fundamentalis dan 'saklek' pada ajaran nenek moyang. Mereka masih mau belajar, mendengarkan pendapat sekitar, sampai ikut bergerak menyuarakan. Tapi ingat, mereka juga bukanlah anak TK atau SD yang dibujuk dengan permen tetiba mau mengaji.
Hal inilah yang semestinya menjadi renungan para pelaku dakwah kampus untuk berkreasi dalam dakwah sebab objeknya bukan sekeras padatan atau sekenyal cairan. Sasarannya adalah gas, yang meliak-liuk lincah mengisi sudut-sudut kekosongan. Berhati-hatilah!
"Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau tentang keputusan berhenti di tempat ini? Apakah ini tempat berhenti yang diturunkan Allah kepada engkau? Jika begitu keadaannya, maka tidak ada pilihan bagi kami maju atau mundur dari tempat ini. Ataukah ini sekedar pendapat, siasat dan taktik perang?"
Rasulullah menjawab, "Ini adalah pendapatku, siasat, dan taktik perang."
"Wahai Rasulullah," Lanjut Al-Hubab bin Al-Mundzir memberikan pendapat layaknya seorang penasihat militer, "menurutku tidak tepat jika kita berhenti di sini. Pindahkanlah orang-orang ketempat yang lebih dekat lagi dengan mata air daripada mereka (orang-orang musyrik Makkah). Kita berhenti ditempat itu dan kita timbun kolam-kolam di belakang mereka, lalu kita buat kolam yang kita isi air hingga penuh. Setelah itu kita berperang menghadapi mereka. Kita bisa minum mereka tidak bisa.
Beliau bersabda, "Engkau telah menyampaikan pendapat yang jitu."
Kita membutuhkan Al-Hubab milenium di era ini. Para pelaku dakwah kampus yang mempunyai inisiatif tinggi dalam hal taktik dan strategi, bukan hanya pemimpin yang unggul dalam retorika dan citra. Sehingga terciptalah kondisi yang mendukung kemenangan, seperti saat perang badr: posisi yang strategis, pemimpin yang tunggal, perang tanding, formasi bershaf, taktik pertempuran, dan mobilisasi moral.
Sebentar lagi maba tiba dilokasi tempur, semoga saat ini kita tengah asyik menciptakan kondisi-kondisi yang mengantarkan kita pada kemenangan: syuro yang menggelora, koordinasi terpusat tak terputus, tahapan-tahapan yang pas, bergerak seperti singa lapangan, multiple planing, dan budaya memotivasi antar pelaku kebenaran.
