Semester Ganjil: Semester Pertempuran (2)
![]() |
| Foto: Googling |
"Tetapi pergilah" Sambung Al-Miqdad bin Amr, salah satu komandan pasukan dari muhajirin memberikan pendapat sekaligus tekad, "Pergilah engkau bersama Rabb-mu lalu berperanglah kalian berdua. Demi yang mengutusmu dengan kebenaran, andaikata engkau pergi membawa kami ke dasar sumur yang gelap, maka kami pun siap bertempur bersama engkau hingga engkau bisa mencapai tempat itu."
"Bagus," sabda Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam sembari mendoakan kebaikan bagi Al-Miqdad.
Inilah kualitas iman seorang sahabat menghadapi pertempuran pertama pasukan Muslim. Bila kecintaan pada kebenaran telah mengakar dan menjulang, tak ada ketakutan didalam dirinya, hingga harta dan nyawa tak lebih berharga, tak lebih berharga ketimbang syahid pada jalur kebenaran.
Disisi lain, dalam keadaan yang menekan kaum muslimin, Rasulullah menggali kekuatan iman pasukannya. Bukan tentang jumlah kuda dan onta perang ternyata, atau tentang mahirnya sahabat dalam menombak atau memanah. Tapi yang pertama, sejauh mana Iman dan keyakinan akan janji Allah itu sudah tertancap pada para pelaku kebenaran.
Rasulullah tiba di dekat badr, sebuah bukit pasir yang menyerupai gunung yang kokoh. Dari sana beliau bersama sahabat memata-matai dengan cara berputar-putar di sekitaran pasukan Makkah. Saat itu beliau berpapasan dengan orang Arab yang sudah tua. Rasul bertanya tentang pasukan Quraisy dan pasukan Muhammad sekaligus sebagai penyamaran.
"Aku tidak akan memberitahukan kepada kalian sebelum kalian memberitahukan kepadaku, dari mana asal kalian berdua" sahut orang tua tersebut.
"Beritahukan kepada kami, nanti akan kami beritahu darimana kami berasal" sabda beliau.
"Jadi begitukah" tanya orang tua tadi
"Benar" jawab beliau.
"Jadi begitukah" tanya orang tua tadi
"Benar" jawab beliau.
Kemudian orang tua tersebut memberitahukan perkiraan kedua pasukan tersebut dengan memyebutkan fakta-fakta sebelumnya. Setelah itu dia bertanya, "Lalu dari mana asal kalian berdua?"
Rasulullah bukan orang yang ingkar, beliau menjawab "Kami berasal dari setetes air."
Setelah itu beliau beranjak pergi, meninggalkan orang tua itu terlongong keheranan, "Dari setetes air yang mana? Ataukah dari setetes air di Irak?"
Pengetahuan tentang kekuatan, tidak sekedar dari dalam diri tapi juga dari luar: lingkungan, faktor alam, hingga kekuatan dan keberadaan musuh. Inilah Rasulullah kita yang telah jauh mencontohkan strategi itu.
Mari kita berandai, bahwa maba seperti pasukan quraisy yang berada tidak jauh dari pasukan Muslimin, dekat badr. Maba mulai mendekat kepada para pelaku dakwah tidak kurang dari 10 hari mereka kan tiba. Sambutlah!
