Manusia dengan Manusia
Konon, ada sebuah telaga yang jadi tempat berkaca seorang tokoh dongeng, Raflesia sebut saja. Setiap hari ia berkaca dan tersenyum pada air telaga. Hingga ia meninggal.
Peri-peri hutan kesedihan. Air telaga pun bertanya, "Kenapa kalian bersedih?"
"Aduhai" jawab para peri, "Alangkah beruntungnya dirimu yang melihat terakhir rupa Sang Raflesia, kini ia sudah tiada".
"Aduhai" jawab para peri, "Alangkah beruntungnya dirimu yang melihat terakhir rupa Sang Raflesia, kini ia sudah tiada".
Telaga ikut bersedih dan berkata, "Aku pun ikut bersedih akan hal itu, namun bukan semata karena Raflesia sudah tiada, tapi kini aku pun tak bisa melihat beningnya diriku pada sudut matanya yang memantulkan rupaku"
↑Prolog yang saya singkat dari sumber sebenarnya pada buku "Dalam Dekapan ukhuwah" karangan Salim A Fillah.
Manusia dengan manusia, ia seringkali condong pada untung dan ruginya pribadi, ingin terlihat sempurna di mata orang lain, supaya badan tak kalah menarik, banggakan keadaan dan kelayakan diri.
Kitakah Sang Raflesia itu? Atau bahkan yang tersurat sebagai air telaga?
Menengok Sang Rasul. Suri teladan dalam berbagai hal.
Salah satu sahabat penasaran tentang siapa orang yang paling Rasul cintai. Maka dijawablah oleh Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Salam, "Aisyah" .
"Bukan dari kalangan wanita ya Rasul" praduga sahabat. "Ayahnya 'Aisyah, Abu bakar As-Syidiq" dijawab kembali oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam.
Dengan hati yang penuh harap sahabat pun memberanikan bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi ya Rasul". Kata Rasul, "Umar bin Khatab".
...
Kita tahu diakhir kisah ini, sahabat menyadari bahwa Muhammad bin Abdullah adalah sosok yang senantiasa memuliakan orang sekitarnya, hingga yang dimuliakan merasa paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Maka bertanya siapa yang paling Rasul cintai dengan merasa bahwa diri inilah yang dicintai beliau adalah hal percuma.
...
Kita tahu diakhir kisah ini, sahabat menyadari bahwa Muhammad bin Abdullah adalah sosok yang senantiasa memuliakan orang sekitarnya, hingga yang dimuliakan merasa paling dicintai oleh Rasulullah Shalallahu 'Alaihi wa Salam. Maka bertanya siapa yang paling Rasul cintai dengan merasa bahwa diri inilah yang dicintai beliau adalah hal percuma.
Hari ini apakah orang disekitar kita merasa dicintai, disayang, dan dimuliakan oleh kita?
Takkan habis tinta untuk menuliskan keteladanan Rasul, niscaya suhuf-suhuf akan penuh oleh cerita sedih, kemenangan, senda-gurau, hingga bahkan romantisme beliau yang tak ada dua rasanya sekalipun itu kisah cinta drama korea, yang sebenarnya memilukan bagi saya.
Adalah Anas ibn Malik yang memberikan kesaksian, "Sepuluh tahun aku tinggal dirumah Rasulullah, dan selama itu aku belum pernah mendengar kata-kata kasar dan pertengkaran"
Ramah, belum... belum cukup kata itu menggambarkan beliau Sang Rasul, tapi luar biasa buat kita yang dapat mengimplementasikannya.
Maukah kita berpikir lembut, berkata ramah, dan bersikap tamah?
#RevolusiTotal
#RevolusiTotal
| Sumber: Dokumentasi IRMA Al-Furqon Go to Dempo |
Berikan komentar terbaikmu :)