Save Our Children; Save Their Character
![]() |
| Sumber: Fanspage J-kost dari dokumentasi PKM BATAKO |
Kehidupan, seperti itu kita
menyebutnya. Setiap hari dilalui oleh seorang manusia selama 24 jam tidak
kurang dan tidak lebih. Didalamnya ada rasa bahagia, sedih, kecewa, senang, hingga
nestapa pahitnya hidup.Bersama aksesorisnya yang berwarna-warni, dunia seakan
tempat yang paling sempurna pada setiap peradaban di muka bumi ini. Sebagian
merasakan nikmatnya dunia bagaikan di surga sedangkan mereka yang bertaqwa
tentu sadar betul bahwa dunia hanyalah panggung sandiwara yang cepat atau lambat
akan segera berakhir. “Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman” Sabda
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam,“dan surga bagi orang kafir” (HR.
Muslim).
Manusia adalah sebagian kecil
warna-warni pengisi planet bumi yang diciptakan Allah Subhana wa ta’ala dalam
wujud paling sempurna dibanding makhlukNya yang lain. Mereka terlahir dalam
wujud yang beragam namun tetap punya dua hal yakni: nafsu dan akal. Mempunyai
sifat dan karakter yang berbeda-beda satu sama lain, ada yang periang juga ada
pendiam, pembangkang atau penurut, berani atau penakut, ada yang begitu baik
nan lemah lembut atau bahkan jahat bagai keturunan Adolf Hitler yang hampir tak
berprasaan. Berhati beku.
A. Mukhlis, seperti itu nama penanya
pernah menulis, “Kita adalah apa yang biasa ditempakan pada diri kita”
Lanjutnya dalam buku Jiwa-jiwa Gagah yang Pantang Menyerah, “Banyak manusia
yang kalah hidup karena ia tidak memandang hidupnya sebagai sesuatu yang
berharga, sehingga ia tidak mau memperjuangkannya”.Sadar atau tidak, meresapi
atau sebaliknya, manusia pada hari ini adalah perwujudan dari apa yang ia lalui
hari kemarin dan peristiwa hari ini akan jadi pemicu seseorang untuk hari esok.
Alfred Binet seorang tokoh psikologi berpendapat bahwa pengalaman pada masa
kecil akan menentukan pola perilaku pada masa dewasa.Hal ini memberitahukan
kepada kita bahwa tabiat manusia bermula sejak kanak-kanak.Anak adalah hari
kemaren itu dan awal dari sebuah penempaan diri seorang manusia.Anak merupakan
karunia yang patut dijaga dan dididik sebaik mungkin agar kelak menjadi insan
yang berbudi luhur, bertutur santun, dan bertindak atas suri tauladan Rasul.Bukan
hal yang lazim ketika seorang anak yang sejak kecil dihadapkan dengan
pertengkaran keduaorangtua yang berujung pada kekerasan rumah tangga, kelak
juga ia akan membawa sifat itu. Begitupun sebaliknya terhadap anak yang dididik
dengan ajaran dan contoh yang baik, ia pun akan mewarisi akhlak yang baik pula.
“Jika penyimpangan perilaku anak
terjadi karena banyak faktor maka,” Tegas Syaikh Abdul Hamid Jasim Al-Bilali dalam
buku yang berjudul Seni Mendidik Anak, “Faktor dominan adalah kegagalan orang
tua dalam pendidikan anak”.Keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk
karakter seorang manusia. Sifat seorang anak akan mulai terbentuk bersama peristiwa-peristiwa
yang ia lalui dirumah dan lingkungan sekitarnya.Melalui keluarga jugalah
transfer nilai dan norma kehidupan di terima oleh sang buah hati, anak. Seperti halnya penyampaian Emmy
Soekresno, S.Pd. saat seminar hari anak nasional pada 28 Juli 2000 di
auditorium Departemen Keuangan,
“Otak yang belum matang
rentan terhadap trauma, baik terhadap ucapan yang keras maupun tindakan yang
menyakitkan. Susunan otak terbentuk dari pengalaman. Jika pengalaman anak takut
dan stress, maka respons otak terhadap dua hal itulah yang akan menjadi arsitek
otak sehingga dapat merubah struktur fisik otak. Itulah mengapa kita harus
menghindarkan diri dari memarahi anak atau memukulnya. Jika anak kita melakukan
kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak sopan, sebaiknyalah kita mulai
mengajarkannya mana yang betul dan sopan santun dengan cara yang arif serta
penuh kesabaran. Kita dapat mencontoh bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa
salam bersikap sangat penuh kasih sayang terhadap anak-anak”
Anak adalah karunia dari Allah Subhana wa Ta’ala. Sebuah
titipan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.Ia juga merupakan anugerah
dari Sang Maha Kuasa untuk dipelihara dan diberi kasih sayang seutuhnya. Sudah
sepatutnya kedua orangtua memperlihatkan contoh yang baik kepada anaknya.Sebuah
tutur kata dan sikap yang menjadi corong awal pembentukan karakter seorang
anak. Dalam sebuah hadist,Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam pernah
mengingatkan kepada kita semua bahwa, “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah
siapa diantara kalian yang paling baik kepada keluarganya” Kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam, “dan saya adalah
orang yang terbaik diantara kalian terhadap keluarga saya” (HR. Tirmidzi).Memberikan
waktu lebih kepada keluarga terutama anak bukanlah hal yang sia-sia. Banyak
manfaat yang akan diterima oleh kedua orangtua saat ia bisa membagi waktu
kepada sang buah hati, untuk sekedar bertegur sapa atau bercanda ria.
Jika
kedua orangtua meyakini bahwa anak adalah titipan Allah Subhana wa Ta’ala yang
patut dijaga, maka sudah seharusnya kedua orangtua mengambil peran strategis
dalam mendidik anak. Memberikan pelayanan terbaik kepada anak sama halnya
merawat tanaman dengan kesungguhan. Menyiraminya setiap hari, menaburkan pupuk
di waktu tertentu, hingga melindungi tanaman tersebut dari hama yang tak
diharapkan. Anak juga membutuhkan hal yang sama layaknya tanaman.Mereka perlu
diperhatikan, dikasihi dan dilindungi dari berbagai virus buruk yang mengotori
akhlak.Pendidikan di lingkungan keluarga ini sangatlah penting mengingat
disinilah pondasi karakter seorang anak dibangun.Saya bisa mengibaratkan
manusia itu seperti proyek bangunan raksasa. Meskipun bangunan itu bagus, besar
dan menarik, namun jika pondasinya sekedar batu bata sisa dan tak bermutu, maka
tak akan lama lagi bangunan itu pun akan roboh bersama kontraktornya.Disinilah
peran penting kedua orangtua dan lingkungan keluarga. Mereka membentuk
sekaligus menjaga karakter seorang anak yang kelak akan menjadi penilaian awal
dalam sebuah proses interaksi manusia yang kita namaiattitude. Suatu nilai dan norma kehidupan yang akan berperan penting
dalam karir seorang manusia selama menjabat sebagai penghuni bumi. Maka saat
kita bertekad dan berkata, “Save Our
Children” Saat itu juga kita punya kontrak untuk meyakini dan memberikan
ide kepada banyak orang tua agar, “Save
Their Character”.
Karakter
merupakan seperangkat nilai yang dimiliki oleh setiap individu dengan
keunikannya masing-masing. Setiap manusia yang berada dimuka bumi ini memiliki
karakter yang berbeda-beda sekalipun ia saudara kembar. Allah Subhana wa Ta’ala
telah menciptakan manusia dengan keberagamannya masing-masing hingga bumi pun
terlihat begitu lengkap karena keberagaman itu. Allah Subhana wa Ta’ala
berfirman,
“Dan diantara
tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu
dan warna kulitmu.Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui” (TQS. Ar-Rum:22)
Gulo
W (1982:29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik
tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang dan biasanya mempunyai
kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.Karakter dibangun sejak manusia
hidup di muka bumi ini. Setiap peristiwa yang dialami oleh seorang manusia akan
mempengaruhi karakternya.“Pada saat lahir bayi punya 100 miliar sel otak yang
belum tersambung” Kata Emmy Soekresno, S.Pdsaat Seminar Hari Anak Nasional
tahun 2000, “Kemudian pada usia 0-3 tahun terdapat 1000 triliun koneksi
(sambungan antarsel). Pada saat inilah anak-anak bisa mulai diperkenalkan
berbagai hal dengan cara mengulang-ulang”. Hal ini memberitahukan pada kita
bahwa anak mempunyai kemampuan yang lebih untuk menerima apapun yang kita
ajarkan kepadanya sejak masih kecil. Terutama lagi pada bagian tubuh yang
sensitif seperti: mata, telinga, mulut dan bahkan otak mereka. Bagian tubuh ini
lah yang banyak menerima rangsangan dari luar untuk pembentukan karakter. Mata
yang senantiasa dilihatkan dengan hal-hal yang indah tentu akan melahirkan
karakter anak yang terjaga. Telinga mereka selalu diperdengarkan dengan
lantunan ayat suci Al-Qur’an pastilah kelak terbentuk pula karakter anak yang qur’ani,
dan seterusnya.
Pada
awalnya memang terlihat sepele dan bahkan tidak semerta-merta mempengaruhi
karakter anak, namun sesuatu yang berulang-ulang akan senantiasa melekat dalam
pikiran dan hati manusia walaupun itu hal kecil. Beberapa hal yang bisa kita
lakukan kepada anak kita agar akhlak dan karakter mereka tetap terjaga adalah
sebagai berikut:
A. Save
Their Hearing
Setiap
satu kalimat, kata, bahkan huruf yang kita ucapkan akan cepat diingat oleh
seorang anak kecil. Maka daripada itu, sangat baik jika kita perdengarkan
secara rutin ayat-ayat Al-Qur’an agar mereka bisa mengenal setiap lantunan
ayat-ayat cinta dari Allah Subhana wa ta’ala sejak dini. Kemudian, ketikasedang
bersama buah hati sudah sepantasnya kita menjaga lisan kita dari perkataan yang
kotor dan mengucapkan hal-hal yang baik untuk diingat oleh mereka. Menceritakan
dongeng sebelum tidur kepada anak juga termasuk cara yang efektif untuk menjaga
pendengaran mereka dan menjaga hubungan emosional antar anak dengan orangtua.
B. Save
Their Eyesight
Mata
juga tak kalah tajamnya dengan telinga dalam mengingat suatu hal. Bahkan mata
jauh lebih cepat merespon sebuah benda yang jatuh ketimbang indra kita yang
lain. Pada tahap awal perkembangannya anak bisa mengingat banyak hal lewat
matanya.Melihat ayah dan ibu yang bertengkar, maka penglihatan itu bisa jadi
teringat terus sampai besar.Sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dengan
pertengkaran.Hal seperti itu harus dijaukan dari anak saat masa pertumbuhan
karakternya.Usahakan anak kita melihat contoh-contoh yang baik lewat perilaku
kita sehari-hari atau bisa juga orangtua memberikan serial buku bergambar
kepada anak agar matanya sudah terbiasa dengan gambar yang mendidik.
C.
Save Their Speaking
Biasanya
perkataan seorang anak adalah akumulasi dari apa yang ia lihat dan dengar.
Hemat saya mengataan bahwa anak adalah makhluk terjujur di muka bumi ini, apa
yang ia lihat dan dengar maka itulah pula yang akan ia katakan. Perkataan
seorang anak tentu harus diperhatikan oleh orangtua dan keluarga yang lain, karena
lewat perkataan lah kita bisa menilai hasil dari pendidikan yang selama ini
kita berikan. Ajarilah anak dengan perkataan-perkataan yang lembut dan sopan,
santun dan elegan, serta tulus.Bila terdengar perkataannya yang menyimpang
silahkan langsung diluruskan dan diberitahu yang benar. Anak ibaratkan sebuah
kayu rotan yang mesti cepat-cepat dibetulkan sebelum ia permanen dengan
keadaannya yang buruk.
D.
Save Their Food
“Hai sekalian manusia,
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu
mengikuti langkah setan karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”
(TQS. Al-Baqarah: 168)
Bagaimanapun
juga kelapa tidak akan jatuh jauh dari batangnya. Anak akan mewarisi perilaku
kedua orangtuanya secara keseluruhan ataupun sebagian. Memberi anak dengan
makanan haram sama halnya dengan membesarkannya dengan melawan arus Allah
Subhana wa ta’ala dan menjadi sifat yang buruk bagi anak karena terbiasa dengan
yang haram. Pernah suatu ketika dalam acara hafidz cilik di salah satu stasiun
televisi, seorang bapak dari salah satu finalis ditanya resep membuat anaknya
bisa menghafal Al-Qur’an. Jawabannya simple sekali, “Saya selalu menjaga
makanannya dari yang haram” Jawab sang bapak.
E. Save Their Religion
Nabi
Muhammad Shalallahu ‘Alahi wa Salam adalah teladan yang paling sempurna dalam
berbagai hal, termasuk dalam mendidik anak. Pada penjagaan kali ini yang tidak
kalah penting dari kesemuanya dan bahkan menjadi pondasi sekaligus tiang
seorang manusia yakni menjaga agamanya. Memang penjagaan yang sebelumnya juga
penting, namun penjagaan itu akan sia-sia tak berbekas ketika agamanya sudah
terbengkalai. Ajarkanlah anak mengenal Islam.Ajaklah mereka untuk mengikuti
gerakan shalat kita meski punggung kita dinaikinya sewaktu sujud layaknya
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersama cucunya dahulu kala.Bahkan kita
pun diminta untuk tidak segan-segan memukulnya jika sudah pada waktunya.
“Perintahlah anak-anak
kalian yang berumur tujuh tahun agar (melakukan) shalat dan pukullah mereka
jika sudah berumur 10 tahun tidak mau shalat dan pisahkanlah tempat tidur
diantara mereka” (HR. Ahmad)
Pendidikan
karakter yang kita berikan kepada seorang anak memang tidak terlihat nyata
hasilnya namun besar manfaatnya kelak. Perhatian yang kita berikan kepadanya
bukanlah hal yang sia-sia belaka namun akan ada pengaruh terhadap karakter
mereka di masa depan. Jangan sampai kita menjadi seekor katak yang
berleha-lehasaat dimasukkan ke dalam kuali kemudian kuali itu dipanaskan, dan
setelah itu katak hanya diam. Karena apa? Karena katak sudah mati direnggut
panas.Semula memang tak terasa namun lama kelamaan membinasakan. Seperti itulah
mendidik anak diibaratkan. Mereka tak butuh hal yang luar biasa untuk menjadi
hebat tapi cukup penjagaan yang berkala dan bertahap. Semoga anak kita adalah
satu diantara banyak anak sholeh/sholeha di muka bumi ini dan pewaris aktivitas
nabi serta namanya begitu dikenal di langit Al
arsy.

Berikan komentar terbaikmu :)