Saturday, 14 March 2015


Sumber: Fanspage J-kost dari dokumentasi PKM BATAKO
“Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dansesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar“ (TQS. Al-Anfal: 28)
            Kehidupan, seperti itu kita menyebutnya. Setiap hari dilalui oleh seorang manusia selama 24 jam tidak kurang dan tidak lebih. Didalamnya ada rasa bahagia, sedih, kecewa, senang, hingga nestapa pahitnya hidup.Bersama aksesorisnya yang berwarna-warni, dunia seakan tempat yang paling sempurna pada setiap peradaban di muka bumi ini. Sebagian merasakan nikmatnya dunia bagaikan di surga sedangkan mereka yang bertaqwa tentu sadar betul bahwa dunia hanyalah panggung sandiwara yang cepat atau lambat akan segera berakhir. “Dunia ini adalah penjara bagi orang beriman” Sabda Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam,“dan surga bagi orang kafir” (HR. Muslim).
            Manusia adalah sebagian kecil warna-warni pengisi planet bumi yang diciptakan Allah Subhana wa ta’ala dalam wujud paling sempurna dibanding makhlukNya yang lain. Mereka terlahir dalam wujud yang beragam namun tetap punya dua hal yakni: nafsu dan akal. Mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda satu sama lain, ada yang periang juga ada pendiam, pembangkang atau penurut, berani atau penakut, ada yang begitu baik nan lemah lembut atau bahkan jahat bagai keturunan Adolf Hitler yang hampir tak berprasaan. Berhati beku.
A. Mukhlis, seperti itu nama penanya pernah menulis, “Kita adalah apa yang biasa ditempakan pada diri kita” Lanjutnya dalam buku Jiwa-jiwa Gagah yang Pantang Menyerah, “Banyak manusia yang kalah hidup karena ia tidak memandang hidupnya sebagai sesuatu yang berharga, sehingga ia tidak mau memperjuangkannya”.Sadar atau tidak, meresapi atau sebaliknya, manusia pada hari ini adalah perwujudan dari apa yang ia lalui hari kemarin dan peristiwa hari ini akan jadi pemicu seseorang untuk hari esok. Alfred Binet seorang tokoh psikologi berpendapat bahwa pengalaman pada masa kecil akan menentukan pola perilaku pada masa dewasa.Hal ini memberitahukan kepada kita bahwa tabiat manusia bermula sejak kanak-kanak.Anak adalah hari kemaren itu dan awal dari sebuah penempaan diri seorang manusia.Anak merupakan karunia yang patut dijaga dan dididik sebaik mungkin agar kelak menjadi insan yang berbudi luhur, bertutur santun, dan bertindak atas suri tauladan Rasul.Bukan hal yang lazim ketika seorang anak yang sejak kecil dihadapkan dengan pertengkaran keduaorangtua yang berujung pada kekerasan rumah tangga, kelak juga ia akan membawa sifat itu. Begitupun sebaliknya terhadap anak yang dididik dengan ajaran dan contoh yang baik, ia pun akan mewarisi akhlak yang baik pula.
            “Jika penyimpangan perilaku anak terjadi karena banyak faktor maka,” Tegas Syaikh Abdul Hamid Jasim Al-Bilali dalam buku yang berjudul Seni Mendidik Anak, “Faktor dominan adalah kegagalan orang tua dalam pendidikan anak”.Keluarga adalah lingkungan pertama yang membentuk karakter seorang manusia. Sifat seorang anak akan mulai terbentuk bersama peristiwa-peristiwa yang ia lalui dirumah dan lingkungan sekitarnya.Melalui keluarga jugalah transfer nilai dan norma kehidupan di terima oleh sang buah hati, anak. Seperti halnya penyampaian Emmy Soekresno, S.Pd. saat seminar hari anak nasional pada 28 Juli 2000 di auditorium Departemen Keuangan,
“Otak yang belum matang rentan terhadap trauma, baik terhadap ucapan yang keras maupun tindakan yang menyakitkan. Susunan otak terbentuk dari pengalaman. Jika pengalaman anak takut dan stress, maka respons otak terhadap dua hal itulah yang akan menjadi arsitek otak sehingga dapat merubah struktur fisik otak. Itulah mengapa kita harus menghindarkan diri dari memarahi anak atau memukulnya. Jika anak kita melakukan kesalahan atau melakukan sesuatu yang tidak sopan, sebaiknyalah kita mulai mengajarkannya mana yang betul dan sopan santun dengan cara yang arif serta penuh kesabaran. Kita dapat mencontoh bagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa salam bersikap sangat penuh kasih sayang terhadap anak-anak”
            Anak adalah karunia dari Allah Subhana wa Ta’ala. Sebuah titipan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya.Ia juga merupakan anugerah dari Sang Maha Kuasa untuk dipelihara dan diberi kasih sayang seutuhnya. Sudah sepatutnya kedua orangtua memperlihatkan contoh yang baik kepada anaknya.Sebuah tutur kata dan sikap yang menjadi corong awal pembentukan karakter seorang anak. Dalam sebuah hadist,Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam pernah mengingatkan kepada kita semua bahwa, “Sebaik-baik orang diantara kalian adalah siapa diantara kalian yang paling baik kepada keluarganyaKata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam, “dan saya adalah orang yang terbaik diantara kalian terhadap keluarga saya” (HR. Tirmidzi).Memberikan waktu lebih kepada keluarga terutama anak bukanlah hal yang sia-sia. Banyak manfaat yang akan diterima oleh kedua orangtua saat ia bisa membagi waktu kepada sang buah hati, untuk sekedar bertegur sapa atau bercanda ria.
Jika kedua orangtua meyakini bahwa anak adalah titipan Allah Subhana wa Ta’ala yang patut dijaga, maka sudah seharusnya kedua orangtua mengambil peran strategis dalam mendidik anak. Memberikan pelayanan terbaik kepada anak sama halnya merawat tanaman dengan kesungguhan. Menyiraminya setiap hari, menaburkan pupuk di waktu tertentu, hingga melindungi tanaman tersebut dari hama yang tak diharapkan. Anak juga membutuhkan hal yang sama layaknya tanaman.Mereka perlu diperhatikan, dikasihi dan dilindungi dari berbagai virus buruk yang mengotori akhlak.Pendidikan di lingkungan keluarga ini sangatlah penting mengingat disinilah pondasi karakter seorang anak dibangun.Saya bisa mengibaratkan manusia itu seperti proyek bangunan raksasa. Meskipun bangunan itu bagus, besar dan menarik, namun jika pondasinya sekedar batu bata sisa dan tak bermutu, maka tak akan lama lagi bangunan itu pun akan roboh bersama kontraktornya.Disinilah peran penting kedua orangtua dan lingkungan keluarga. Mereka membentuk sekaligus menjaga karakter seorang anak yang kelak akan menjadi penilaian awal dalam sebuah proses interaksi manusia yang kita namaiattitude. Suatu nilai dan norma kehidupan yang akan berperan penting dalam karir seorang manusia selama menjabat sebagai penghuni bumi. Maka saat kita bertekad dan berkata, “Save Our Children” Saat itu juga kita punya kontrak untuk meyakini dan memberikan ide kepada banyak orang tua agar, “Save Their Character”.
Karakter merupakan seperangkat nilai yang dimiliki oleh setiap individu dengan keunikannya masing-masing. Setiap manusia yang berada dimuka bumi ini memiliki karakter yang berbeda-beda sekalipun ia saudara kembar. Allah Subhana wa Ta’ala telah menciptakan manusia dengan keberagamannya masing-masing hingga bumi pun terlihat begitu lengkap karena keberagaman itu. Allah Subhana wa Ta’ala berfirman,
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui” (TQS. Ar-Rum:22)
Gulo W (1982:29) menjabarkan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang dan biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap.Karakter dibangun sejak manusia hidup di muka bumi ini. Setiap peristiwa yang dialami oleh seorang manusia akan mempengaruhi karakternya.“Pada saat lahir bayi punya 100 miliar sel otak yang belum tersambung” Kata Emmy Soekresno, S.Pdsaat Seminar Hari Anak Nasional tahun 2000, “Kemudian pada usia 0-3 tahun terdapat 1000 triliun koneksi (sambungan antarsel). Pada saat inilah anak-anak bisa mulai diperkenalkan berbagai hal dengan cara mengulang-ulang”. Hal ini memberitahukan pada kita bahwa anak mempunyai kemampuan yang lebih untuk menerima apapun yang kita ajarkan kepadanya sejak masih kecil. Terutama lagi pada bagian tubuh yang sensitif seperti: mata, telinga, mulut dan bahkan otak mereka. Bagian tubuh ini lah yang banyak menerima rangsangan dari luar untuk pembentukan karakter. Mata yang senantiasa dilihatkan dengan hal-hal yang indah tentu akan melahirkan karakter anak yang terjaga. Telinga mereka selalu diperdengarkan dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an pastilah kelak terbentuk pula karakter anak yang qur’ani, dan seterusnya.
Pada awalnya memang terlihat sepele dan bahkan tidak semerta-merta mempengaruhi karakter anak, namun sesuatu yang berulang-ulang akan senantiasa melekat dalam pikiran dan hati manusia walaupun itu hal kecil. Beberapa hal yang bisa kita lakukan kepada anak kita agar akhlak dan karakter mereka tetap terjaga adalah sebagai berikut:
A. Save Their Hearing
Setiap satu kalimat, kata, bahkan huruf yang kita ucapkan akan cepat diingat oleh seorang anak kecil. Maka daripada itu, sangat baik jika kita perdengarkan secara rutin ayat-ayat Al-Qur’an agar mereka bisa mengenal setiap lantunan ayat-ayat cinta dari Allah Subhana wa ta’ala sejak dini. Kemudian, ketikasedang bersama buah hati sudah sepantasnya kita menjaga lisan kita dari perkataan yang kotor dan mengucapkan hal-hal yang baik untuk diingat oleh mereka. Menceritakan dongeng sebelum tidur kepada anak juga termasuk cara yang efektif untuk menjaga pendengaran mereka dan menjaga hubungan emosional antar anak dengan orangtua.
B. Save Their Eyesight
Mata juga tak kalah tajamnya dengan telinga dalam mengingat suatu hal. Bahkan mata jauh lebih cepat merespon sebuah benda yang jatuh ketimbang indra kita yang lain. Pada tahap awal perkembangannya anak bisa mengingat banyak hal lewat matanya.Melihat ayah dan ibu yang bertengkar, maka penglihatan itu bisa jadi teringat terus sampai besar.Sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dengan pertengkaran.Hal seperti itu harus dijaukan dari anak saat masa pertumbuhan karakternya.Usahakan anak kita melihat contoh-contoh yang baik lewat perilaku kita sehari-hari atau bisa juga orangtua memberikan serial buku bergambar kepada anak agar matanya sudah terbiasa dengan gambar yang mendidik.
C. Save Their Speaking
Biasanya perkataan seorang anak adalah akumulasi dari apa yang ia lihat dan dengar. Hemat saya mengataan bahwa anak adalah makhluk terjujur di muka bumi ini, apa yang ia lihat dan dengar maka itulah pula yang akan ia katakan. Perkataan seorang anak tentu harus diperhatikan oleh orangtua dan keluarga yang lain, karena lewat perkataan lah kita bisa menilai hasil dari pendidikan yang selama ini kita berikan. Ajarilah anak dengan perkataan-perkataan yang lembut dan sopan, santun dan elegan, serta tulus.Bila terdengar perkataannya yang menyimpang silahkan langsung diluruskan dan diberitahu yang benar. Anak ibaratkan sebuah kayu rotan yang mesti cepat-cepat dibetulkan sebelum ia permanen dengan keadaannya yang buruk. 
D. Save Their Food
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah setan karena setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu” (TQS. Al-Baqarah: 168)
Bagaimanapun juga kelapa tidak akan jatuh jauh dari batangnya. Anak akan mewarisi perilaku kedua orangtuanya secara keseluruhan ataupun sebagian. Memberi anak dengan makanan haram sama halnya dengan membesarkannya dengan melawan arus Allah Subhana wa ta’ala dan menjadi sifat yang buruk bagi anak karena terbiasa dengan yang haram. Pernah suatu ketika dalam acara hafidz cilik di salah satu stasiun televisi, seorang bapak dari salah satu finalis ditanya resep membuat anaknya bisa menghafal Al-Qur’an. Jawabannya simple sekali, “Saya selalu menjaga makanannya dari yang haram” Jawab sang bapak.
E. Save Their Religion
Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alahi wa Salam adalah teladan yang paling sempurna dalam berbagai hal, termasuk dalam mendidik anak. Pada penjagaan kali ini yang tidak kalah penting dari kesemuanya dan bahkan menjadi pondasi sekaligus tiang seorang manusia yakni menjaga agamanya. Memang penjagaan yang sebelumnya juga penting, namun penjagaan itu akan sia-sia tak berbekas ketika agamanya sudah terbengkalai. Ajarkanlah anak mengenal Islam.Ajaklah mereka untuk mengikuti gerakan shalat kita meski punggung kita dinaikinya sewaktu sujud layaknya Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Salam bersama cucunya dahulu kala.Bahkan kita pun diminta untuk tidak segan-segan memukulnya jika sudah pada waktunya.
Perintahlah anak-anak kalian yang berumur tujuh tahun agar (melakukan) shalat dan pukullah mereka jika sudah berumur 10 tahun tidak mau shalat dan pisahkanlah tempat tidur diantara mereka” (HR. Ahmad)
Pendidikan karakter yang kita berikan kepada seorang anak memang tidak terlihat nyata hasilnya namun besar manfaatnya kelak. Perhatian yang kita berikan kepadanya bukanlah hal yang sia-sia belaka namun akan ada pengaruh terhadap karakter mereka di masa depan.  Jangan sampai kita menjadi seekor katak yang berleha-lehasaat dimasukkan ke dalam kuali kemudian kuali itu dipanaskan, dan setelah itu katak hanya diam.  Karena apa? Karena katak sudah mati direnggut panas.Semula memang tak terasa namun lama kelamaan membinasakan. Seperti itulah mendidik anak diibaratkan. Mereka tak butuh hal yang luar biasa untuk menjadi hebat tapi cukup penjagaan yang berkala dan bertahap. Semoga anak kita adalah satu diantara banyak anak sholeh/sholeha di muka bumi ini dan pewaris aktivitas nabi serta namanya begitu dikenal di langit Al arsy.

Berikan komentar terbaikmu :)

Peradaban Muda . 2017 Copyright. All rights reserved. Designed by Blogger Template | Free Blogger Templates